JAKARTA – Dana Merah Putih atau Merah Putih Fund yang dirilis oleh Presiden Joko Widodo pada 17 Desember mendatang akan menyasar calon unicorn, yakni perusahaan rintisan (startup) dengan nilai valuasi US$1 miliar (sekitar Rp14, 3 triliun).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN), Erick Thohir, menjelaskan Dana Merah Putih akan menjadi bagian ekosistem pembiayaan baru yang diciptakan Kementerian BUMN untuk menghadapi perubahan ekosistem ekonomi dunia, dengan tantangan jauh lebih besar.
“Kita harus mempunyai ekosistem sendiri, roadmap (peta jalan) sendiri, sebagai tentu dunia Indonesia bukan dunia orang lain. Kita harus memastikan ekosistem ini yang menang karena kalau tidak ekosistem kita akan dimakan oleh orang lain, ” ujar Menteri BUMN dalam acara Peresmian Gerakan Akselerasi Generasi Digital yang digelar secara hybrid pada Rabu (15/12/2021).
Lebih lanjut Menteri BUMN menjelaskan, pihaknya juga merangkul perusahaan swasta besar untuk masuk ke dalam ekosistem pendanaan ini.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga sudah mengajak Dana Asing (sovereign fund) yang lebih besar untuk masuk ke ekosistem baru yang akan fokus menciptakan decacorn, yakni perusahaan rintisan dengan nilai valuasi hingga US$10 miliar (sekitar Rp143 triliun).
“Kita juga berharap semua swasta masuk ke esok sistem dari pendanaan ini karena kita juga sudah mengajak sovereign fund untuk masuk yang lebih besar untuk unicorn menuju decacorn, ” jelas dia.
Baca juga:
Muhaimin Iskandar Dukung Kripto Kena Pajak
|
Menteri BUMN mengibaratkan, ekosistem baru yang akan dibentuk seperti jalan cerita di film super hero Garapan Marvel, yakni Avengers yang menghadapi musuh atau tantangan besar yakni Thanos.
Dalam perkembangannya, kata dia, Marvel kemudian membuat duni abaru super hero dalam film Eternals dengan musuh jauh lebih kuat ketimbang Thanos, yakni Celestial, yang memiliki kekuatan hingga menghancurkan galaxy.
“Artinya apa? sama seperti yang terjadi hari ini, bagaimana seluruh dunia menghadapi tekanan-tekanan dari pada perubahan supply chain dengan globalisasi pasar yang makin terbuka, disrupsi ekonomi yang juga bisa menggantikan manusia dengan robotik pekerjaan lainnya dan kesempatan usaha juga berubah, ” kata dia.
Tekanan tersebut menurutnya juga bertambah di sektor kesehatan dengan datangnya pandemi COVID-19, yang menyebabkan kehilangan tokoh-tokoh besar dalam waktu singkat dan memerlukan waktu 20-30 tahun lagi untuk mendapatkanya.
“Kita perlu superhero baru mudah-mudahan superhero ini yang kita akan mendorong menjadi kekuatan Indonesia menjaga ekosistem Indonesia, ” kata dia. (***)